Bagaimana pendapat saudara dalam
menjelaskan aksi solidaritas para pelaku tindak peretasan (hacking) di dunia
maya, ketika terjadi konflik dengan negara-negara tetangga (malaysia,
australia, singapura). Dilihat dari sudut pandang mereka sebagai warga negara,
dalam konteks wawasan nusantara? (berikan sedikitnya dua kutipan berita tentang
konflik yang pernah terjadi dan mendorong munculnya aksi-aksi tersebut).
Konflik RI-Australia
PT Rajawali Nusantara Indonesia
(RNI) adalah perusahaan milik pemerintah Indonesia pertama yang membekukan
hubungan bisnis dengan Australia menyusul perselisihan kedua negara terkait
laporan bahwa Canberra menyadap percakapan
telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, istri dan para menteri.
Puluhan demonstran membakar
bendera Australia dan foto Perdana Menteri Tony Abbott di luar gedung kedutaan
besar Australia di Jakarta. Mereka meminta pemerintah Indonesia mengusir duta
besar Australia, sambil menuntut kepada Canberra agar meminta maaf atas tuduhan
mata-mata, yang telah memicu Yudhoyono menurunkan hubungan
diplomatik dengan Canberra.
“Kami memutuskan untuk
menghentikan perundingan dengan para peternak di Australia untuk sementara
waktu hingga pemerintah Australia memenuhi apa yang diminta pemerintah
Indonesia untuk mereka lakukan,” kata kepala RNI Ismed Hasan Putro.
“Hal ini sangat penting untuk
membangun rasa saling percaya, menghormati dan kesetaraan di masa depan.”
Jangan
campur ekonomi dengan politik
Putro yang menolak menyebutkan
nama perusahaan-perusahaan Australia, mengatakan RNI telah memulai pembicaraan
dengan perusahaan Selandia Baru sebagai kandidat alternatif untuk menggantikan
Australia.
September lalu, RNI mengatakan
mereka telah mengirim tim ke Australia untuk menjajaki kemungkinan melakukan
investasi sekitar Rp. 350 milyar atas tiga atau empat peternakan yang ada,
dengan tujuan memasok kebutuhan impor 120.000 hewan ternak setiap tahun ke
Indonesia.
Para pejabat Indonesia mengatakan
sedang meninjau kembali kerjasama perdagangan dengan Australia, yang nilainya
mencapai lebih dari 11 milyar dollar tahun lalu. Meski impor daging sapi dan
sapi impor dari Australia masih belum disinggung akan dibekukan.
Indonesia adalah importir besar
produk pertanian Australia seperti gandum dan ternak hidup. Sementara Australia
adalah pasar ekspor terbesar nomor sepuluh bagi produk-produk asal Indonesia.
”Indonesia sebagai negara harus
mengambil langkah tegas terhadap Australia… tapi bisnis tidak boleh dicampur
dengan politik,” kata menteri BUMN Dahlan Iskan kepada para wartawan.
http://www.beritasatu.com/nasional-internasional/151512-perang-hacker-indonesia-vs-australia-jangan-serang-situs-pelayanan-sosial.html
KOMENTAR
Perlakuan tidak
simpatik pemerintah Australia kepada WNI di negara itu menyusul Tragedi Bom
Bali yang menewaskan puluhan warga Australia tampaknya mulai membuat jengkel
kalangan hacker. Namun sebenarnya, kekesalan lebih dipicu oleh
pernyataan-pernyataan pejabat tinggi Australia yang menyerang Indonesia dan
seringkali dianggap arogan. Bahkan media massa Indonesia juga dituduh sebagai
biang yang mempertegang hubungan Indonesia-Australia.
Perang cyber, menurut Jimmy Sproles dan Will Byars dari Computer Ethics
Course, bisa dikategorikan sebagai terorisme cyber (cyber-terrorism). Dalam
konsep ini orang yang melakukannya bukan lagi dicap sekadar hacktivis, tapi
teroris. Yang menjadi sasaran mereka bukan sekadar membobol situs web semata,
tapi juga jaringan komputer instalasi militer, pembangkit listrik, pusat
kendala lalulintas udara, bank dan jaringan telekomunikasi.Survei Computer Security Institute (CSI) dan Agen Federal AS (FBI) mencatat, serangan cyber ini tak melulu berwujud serangan virus, seperti dilakukan Code Red tahun 2001 yang menangguk kerugian hingga US$ 2, 6 miliar dan menyebabkan 250 ribu sistem lumpuh hanya dalam tempo 9 jam. Serangan juga berupa pencurian informasi, pembobolan finansial, dan pembajakan.
Mendominasinya hacker amatiran memang masuk akal mengingat jalan untuk menjadi hacker, bukan pekerjaan sulit. Asal memiliki akses ke Internet, maka aktivitas memporakporandakan jaringan komputer adalah pekerjaan gampang. Apalagi ratusan situs di Internet memberikan informasi mengenai cara menjadi hacker, sekaligus menyediakan hacker tool.
Di Indonesia sendiri, jumlah hacker tidak bisa dibilang sedikit. Nama-nama seperti Hiddenline atau Medan Hacking bahkan telah menjadi ”ikon” dalam dunia hacker di Indonesia. Sekitar 100 situs berhasil dibobol hacker Indonesia, 90 persen situs luar negeri.
Jika hegemoni kekuasaan-kekuasaan tertentu di dunia tak bisa direm dan wadah untuk penyaluran protes juga tersumbat, perang cyber tampaknya makin tak terhindari. Sebuah model lain perang dunia ketiga?
0 komentar:
Posting Komentar